Senin, 30 September 2013

Keluarga dan Perilaku Konsumen

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hiduplain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsenyang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen.Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain adalah :Menurut James F. Engel - Roger D. Blackwell - Paul W. Miniard dalam Saladin terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu :ü  Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk ataumenghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidupdalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi olehkeempat faktor tersebut diatas.
ü  Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan,sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal(interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebutakan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.ü  Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagaifaktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.Menurut Kotler dan Armstrong (1996) terdapat dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal. ü  Faktor eksternal
Merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial,kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakankelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilakukonsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dansering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.ü  Faktor internal Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gayahidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
Saat ini keberadaan keluarga dan rumah tangga sangat mempengaruhi pola dan perilaku konsumen seseorang. Hal ini didasarkan pada gaya hidup keluarga maupun rumah tangga ersebut. Semakin tinggi derajat dari keluarga tersebut, maka makin tinggi pula tingkat perilaku konsumen mereka. Sebagai contoh, jika dalam suatu keluarga dan rumah tangga merasa memerlukan atau membutuhkan mobil ataupun motor untuk keperluan transportasi , serta memerlukan fasilitas-fasilitas elektronik maupun furniture, dan mereka memiliki kemampuan untuk membeli kebutuhan tersebut maka mereka akan membelinya. Dan  sebaliknya, jika keluarga dan rumah tangga memiliki berbagai kebutuhan, tetapi tidak diimbangi oleh kemampuan untuk membelinya, maka mereka akan memilih atau memprioritaskan kebutuhan mereka yang lebih penting. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Para pemasar tertarik dengan peran dan pengaruh relatif dari suami istri, dan anak-anak dalam pembelian berbagai macam produk dan jasa. Peran dan pengaruh ini akan sangat bervariasi di negara-negara dan kelas-kelas sosial yang berbeda.

Sumber:http://www.scribd.com/doc/133812934/Pengertian-Perilaku-Konsumen-pdf

Kamis, 26 September 2013

Teori Pertukaran Sosial Dalam Keluarga


Oleh: Oktriyanto


Cikal Bakal Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial merupakan salah satu penanda perkembangan penting dalam kancah teori sosiologi di Amerika, tahun 1950. Tokoh yang berperan dalam perkembangan teori ini yaitu George Homans, Peter Blau serta Richard Emerson. George Homans mempertegas teori ini dengan menerbitkan bukunya pada tahun 1961 yang berjudul "Social Behavior : Its Form Elementary" di mana ia menekankan dalam bukunya Pentingnya mengetahui tentang perilaku sosial. Homans merupakan tokoh psikologi sosial. Teori pertukaran sosial yang dibangun oleh Homans ini tidak terlepas pemikirannya dari B.F Skinner seorang tokoh Behavioris Psikologis, ia sangat tertarik dengan proposisi yang coba di bangun oleh Skinner. Di mana Skinner menggambarkan bentuk interaksi dengan mencontohkan burung merpati. Dan Homans juga menghubungkan ini dengan sebuah fakta sosial yang pernah ia dapatkan pada saat melakukan studi tentang sosiologi kelompok kecil (http://kampungmarginal.blogspot.com).
Di dalam buku Homans ia ingin melihat pola pemicu tindakan terjadinya interaksi (pertukaran) antaraktor hingga menghasilkan sebuah imbalan (dorongan), seperti apa sejarah Imbalan, dan kenapa manusia bekerja. karena Homans, menganggap "Orang terus melakukan hal-hal yang mereka anggap memberikan imbalan di masa lalu, begitu pun sebaliknya orang akan meninggalkan kebiasaan-kebiasaannya ketika hal itu dianggap tidak menghasilkan apa-apa buat dirinya". Peter Blau, coba mengembangkan teori ini lewat bukunya pada tahun 1964 "Exchange and powerin social life" di mana ia coba memahami relasi struktur sosial. meskipun pemikirannya diadopsi dari perspektif Homans namun Blau tetap memiliki pembeda tentang apa yang ia coba kembangkan seperti Blau menekankan pada struktural dan kultural. berbeda dengan Homans yang menekankan pada elemen-elemen perilaku sosial. Selanjutnya, Richard Emerson muncul sebagai tokoh sentral dalam sejarah teori ini di tahun 1981 di mana pusat kajiannya ditekankan untuk memahami interaksi mikro dan makro (http://kampungmarginal.blogspot.com). 
Teori pertukaran sosial menjelaskan keberadaan  dan  ketahanan kelompok sosial,  termasuk keluarga melaiui  bantuan selfinterest dari  individu anggotanya. Fokus sentral  teori  adalah  motivasi  (hal  yang mendorong seseorang  untuk  melakukan  sesuatu  kegiatan),  yang  berasal  dari keinginan diri sendiri.  Teori  ini  didasari paham  utilitarianisme  (individu)  dalam nrenentukan  pilihan  secara  rasional  menimbang antara  imbalan  (rewards) , yang  akan diperoleh,  dan  biaya  (cost)  yang harus  dikeluarkan.  Para  sosiolog penganut  teori  ini  berpendapat  bahwa  seseorang  akan berinteraksi dengan pihak  lain  jika  dianggapnya  rnenghasilkan  keuntungan  (selisih  antara imbalan  yang  diterima dengan  biaya  yang dikeluarkan) (http://kampungmarginal.blogspot.com).

Asumsi, Konsep, dan Kritik Teori Pertukaran Sosial
Asumsi
Asumsi  dasar  dalam  teori  pertukaran  sosial  adalah  (Klein  dan  White 1996;  Homans  (1953;1961)  dakrn Zeitlin  1998; Sabatelli  dan  Shehan 1993):  (1) Dalam proses belajar orang  mengkonstruksi  perilaku melalui aplikasi  pemikiran  yang  rasional;  Setiap  aksi  mempunyai  konsekuensi  Cost and Reward;  Setiap  orang  rasional  pasti mencari  reward  yang  maksimal dan  meminimalkan  biaya (Cost),  (2)  Setiap  orang  memiliki  harga  diri; Jika seseorang  memberikan keuntungan kepada orang lain,  orang lain  juga akan  memberikan  keuntungan  pada orang  tersebut (Puspitawati, 2012)
Menurut Homans  (Ritzer 1985 dalam Pupitawati 2012) terdapat  lima  prinsip  ddam pertukaran  sosial,  meliputi: (1)  Jika  respons  pada  suatu  stimulus  mampu mendatangkan  keuntungan,  respons  tersebut  akan  cenderung  diulang terhadap  stimulus  yang sama,  (2) makin sering  seseorang  memberikan ganjaran  terhadap  tingkah  laku  orang lain,  makin  sering  juga  tingkah laku  tersebut  akan  diulang,  (3) makin bernilai  suatu  keuntungan yang diperoleh  dari tingkah  lakunya,  makin sering  juga  pengulangan  terhadap tingkah  laku  tersebut,  (4)  makin sering  orang menerima ganjaran  atas tindakannya  dari  orang lain,  makin berkurang  juga  nilai  dari  setiap tindakan  yang dilakukan berikutnya,  dan  (5)  makin  dirugikan  seseorang dalam berhubungan  dengan  orang lain,  makin besar  kemungkinan  orang tersebut  akan mengembangkan  emosi.

Konsep
Konsep dari Teori  Pertukaran Sosial Menurut Purpitawati (2012): 
  1. Pemikiran  filosofi  utilitarian  adalah  kerelaan  (Voluntaristic),  interest, dan teori  tentang nilai  (Value).      Penekanan  rerbesar  pada kebebasan individu  untuk memilih. 
  2. Adam  Smith,  salah seorang  pelopor  dari  perspektif  ini,  menggunakan pandangan ekonomi bahwa  manusia  bertindak secara  rasional  untuk memaksimumkan  manfaat  (benefits)  atau  kepuasan (utilitas).   
  3. Paham  utilitarian  yang lain  adalah  pendekatan  teori  ekonomi mikro dalam  keluarga  (Becker :  1981)  dan  psikologi  sosial (Emerson  1976). 
  4. Levi-straouss dalam Johnson (1990), terdapat  dua sistem  pertukaran sosial,  yaitu  bersifat  langsung  dan  tidak  langsung: a).  Pada  sistem  pertukaran  langsung,  kedua  belah  pihak  terjalin hubungan timbal  balik,  cenderung  menekankan  pada keseimbangan,  atau  perSimaan  yang  saling  menguntungkan sehingga  aspek  emosiond ikut  terlibat  di  dalamnya. b). Pada pertukaran  tidak  langsung,  terjadi secara  berantai' Masing-masing  anggota  masyarakat  dituntut  memiliki  tingkat kepercayaan  yang  tinggi,  dan melakukan kewajibannya masing-masing,  sehingga  pada akhirnya  dapat  diperoleh keuntungan  secara  bersama-sama.
  5. Imbalan  dapat  berupa  mareri  maupun  nonmareri  (seperti  perilaku, kesenangan,  dan kepuasan).
  6. Biaya  dapat barupa  materi  maupun  nonmateri (seperti siatus, hubungan,  interaksi,  perasaan  yang  tidak  disukai).
  7. Keuntungan  (selisih  antara  imbalan  dan biaya) dan  individu  selalu mencari  keuntungan  maksimum  dengan  cara  memaksimurnkan imbalan  atau  meminimumkan  biaya.
  8. Tingkat evaluasi  atati perbandingan  alternatif,  yaitu  suatu  standar  yang mengevaluasi  imbalan  dan  biaya  dari  suatu  hubugan  atau kegiatan.
  9. Norma  timbal  balik  adalah  suatu  gagasan yang  menyangkut pertukaran timbal  balik,  tanpa  timbal  balik tidak  mungkin akan  terbentuk kehidupan  sosial.
  10. Pilihan bahwa  sedap  manusia  harus  menentukan  pilihan,  merupakan output  yang  dijanjikan  oleh pengambil  keputusan.

Kritik
Kritik terhadap  teori  ini  adalah:  (1)  teori  ini  mengakui  adanya kemampuan manusia  untuk  mengatur  perilakunya  melalui  proses  berpikir yang  rasional.  Pada kenyataanya,  manusia  belum  tentu  selalu  berpikir secara  rasional  sepanjang  hidupnya, (2)  teori  ini  akan  menghadapi masalah  apabila  berhadapan  dengan  situasi  di mana  tidak  ada  konsensus, imbalan  dan  biaya, (3) otonomi,  kekuatan,  dan  kemandirian cenderung sebagai  nilai  laki - laki.  Nilai- nilai  perempuan  yaitu  sifat  asuh (nurturance), dukungan  (support), dan  sifat  penghubung (connectedness)  tidak  terlalu dipandang  sebagai  pertimbangan  dalam  melihat imbalan  dan  biaya, dan (4) pembedaan  antara  pertukaran  sosial  dan pertukaran  ekonomi  harus sejajar  dengan  pembedaan  alrtara  pertukaran  intrinsik  dan  ekstrinsik. Teori pertukaran sosial  terlalu  memfokuskan pada  separative  self,  otonomi, dan individualisme (Puspitawati, 2012.


Sumber: 
Puspitawati, H. 2012. Gender dan Keluarga : Konsep dan Realita di Indonesia. IPB Press – Bogor .


Ringkasan : “The model of family empowerment program for community development in West Java, Indonesia” Penulis: Pudji Muljono

Oleh: Oktriyanto


Indonesia merupakan Negara besar dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan pangan juga meningkat. Dengan demikian, keberhasilan pengembangan pertanian melalui  peningaktan produktivitas pertanian.  Hal ini memungkinkan negara untuk mencapai swasembada pangan dan meningkatkan lapangan kerja dan tingkat kesejahteraan di daerah pedesaan. Namun, perubahan global dan teknologi, konsekuensi dari dinamika baru  perkembangan industri, memiliki dampak yang lebih besar daripada pembangunan di Indonesia. Bulan Desember 2009 menunjukkan bahwa 37,4% dari warga Indonesia adalah mengalami kemiskinan absolut (di bawah garis kemiskinan) dan sebanyak 20% yang sangat rentan untuk jatuh miskin (BPS, 2009). Melihat kondisi tersebut, Pemerintah mengeuarkan kebijakan dengan merumuskan strategi tingkat makro dan inisiatif untuk mempertahankan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi mereka.
ü  Tujuan utama pembangunan milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia, bergandengan tangan dengan prioritas pengentasan kemiskinan adalah menentukan pengurangan proporsi kemiskinan pada tahun 2015 menjadi setengah porsi atau 8,2% dari total populasi. Perubahan teknologi adalah masalah yang memerlukan perhatian khusus untuk pengembangan sumber daya manusaia (SDM). Melihat kondisi tersebut, sekarang perguruan tinggi harus menjadi alat pembangunan, dan benar-benar diperlukan untuk pengembangan SDM di Indonesia. Sekarang ada tumbuh kesadaran di kalangan akademisi dari disiplin ilmu sosial politik, bahkan di antara birokrat, bahwa program pengembangan masyarakat tidak bisa dikelola secara parsial sehingga jauh menggunakan  konseptual yang matang yaitu menggunakan paradigma pemberdayaan.
ü  Suharto (2005) menyatakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kemampuan orang / kelompok / komunitas yang rentan dan lemah, sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan untuk: (a) memenuhi kebutuhan dasar mereka sehingga mereka memiliki kebebasan, tidak hanya dalam arti kebebasan berekspresi, tetapi bebas dari kelaparan, kebodohan dan rasa sakit, (b) menjangkau produktif sumber daya yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan pendapatan dan memperoleh barang dan jasa yang mereka butuhkan, (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka. Menurut Sumarjo Dan Saharuddin (2004) yang karakteristik orang yang telah diberdayakan adalah sebagai berikut: (a) mereka mampu mengetahui dan memahami potensi mereka, (b) mampu merencanakan (mengantisipasi perubahan kondisi masa depan), dan mengarahkan diri mereka sendiri, (c) mereka memiliki kekuatan untuk bernegosiasi dan bekerja sama saling menguntungkan dengan "daya tawar" memadai; (d) bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.
ü  Dengan reference dari hasil berbagai program pengentasan kemiskinan yang tidak berfungsi sebagai yang diharapkan, karena itu penting untuk melaksanakan pembelajaran  pada "Model program pemberdayaan keluarga untuk pengembangan masyarakat di Jawa Barat" untuk mengevaluasi pemberdayaan masyarakat melalui pemberdayaan keluarga (Posdaya) untuk keluarga miskin di kota dan Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi.
ü  Posdaya dirumuskan antara dan  antar keluarga, sehingga akan menekankan di Posdaya berdasarkan pribadi atau kelompok, seperti Posdaya berbasis Masjid,  nabati, atau Posdaya berbasis pendidikan, dan masih banyak lagi. Menurut Suyono dan Haryanto (2007) pos  Pemberdayaan Keluarga (yang disingkat menjadi Posdaya) diciptakan sebagai  forum untuk  advokasi, komunikasi, informasi, pendidikan untuk memperkuat koordinasi kegiatan fungsi keluarga. Mengenai program utama Posdaya dibagi menjadi empat program penting yaitu:  pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan.












Kerangka Pikir Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Posdaya (Muljono, 2010).

Pemberdayaan dan pengembangan masyarakat (Community Development/ CD) adalah proses jaringan interaksi dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat, untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, dan pengembangan kualitas hidup masyarakat. Pemberdayaan dan pengembangan masyarakat bukan bertujuan untuk menemukan dan menetapkan solusi, atau sebagai pemecah masalah bagi masyarakat. CD bekerja sama dengan masyarakat sehingga mereka (masyarakat) dapat menentukan dan mengatasi masalah, dan secara terbuka untuk dapat mengekspresikan kepentingan mereka sendiri dalam proses pengambilan keputusan.
ü  Secara umum, kinerja posdaya dianggap telah terimplementasi dengan baik, hal ini dikarenakan posdaya telah menghasilkan beberapa perubahan yaitu  : 1) Posdaya mampu  mempengaruhi cara pandang seseorang dalam melihat bentuk intervensi sebuah pembangunan. 2) Posdaya telah membangkitkan kehidupan masyarakat yang dinamis melalui peningkatan partisipasi dan komitmen masyarakat dalam program pembangunan. 3) Kualitas dari keluarga miskin yang bekerja dalam area proyek posdaya, merasakan perubahan yang cukup signifikan setelah mereka terlibat dalam proyek posdaya. 4) Membangkitkan aktivitas ekonomi di masyarakat, seperti memunculkan bisnis mikro makanan, kerajinan tangan dan pelayanan. 5) Mengembangkan persepsi masyarakat terhadap pentingnya kebersihan dan keberlangsungan lingkungan dengan berupaya mengubah sampah domestic menjadi kompos.