Sabtu, 20 April 2013

Faktor Lingkungan Sebagai Penyebab Permasalahan Pada Anak



Oleh : Oktriyanto




Permasalahan pada anak seringkali timbul akibat dari lingkungan yang salah yang mempengaruhi anak berprilaku negatif. Anak merokok, berkata kasar, mudah marah, dan sebagainya, merupakan perbuatan yang dicotohkan orang dewasa pada anak (modeling).  Faktor lingkungan yang mempengaruhi terbentuknya prilaku anak dapat berasal dari lingkungan terdekat sampai pada lingkungan yang secara tidak langsung bersentuhan dengan anak, seperti tempat bekerja orang tua, media masa, sosial budaya dan hukum yang berlaku.

Perhatian dan kasih sayang dari orang tua merupakan hal yang mendasar bagi anak. Lingkungan rumah selain sebagai tempat berlindung, sebaiknya merangkap sebagai tempat mendapatkan kebutuhan hidup, bergaul, dan tempat untuk mendapatkan rasa aman, mengaktualisasikan diri, dan sebagai wahana membesarkan anak hingga dewasa dalam perkembangan psikologinya. Selain itu  peran orang tua sangat penting dalam menempatkan anak pada lingkungan yang baik sehingga menjadikan anak mempunyai prilaku yang baik dan positif. Seperti pepatah menyatakan bahwa orang baik berkumpul dengan orang baik dan berada pada lingkungan yang baik. 

Untuk mengetahui penyebab permasalahan pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang di kenal dengan pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi merupakan pendekatan untuk mempelajari perkembangan yang fokus kepada individu dengan konteks lingkungan mereka. Pendekatan ekologi adalah dasar pada gagasan dimana dalam memahami perkembangan secara komplit harus mempertimbangan bagaimana karakteristik unik individu dalam interaksi anak dengan sekelilingnya (Vasta et. al 1999).  Bronfenbrenner mengungkapkan bahwa anak dan lingkungan secara terus menerus mempengaruhi satu sama lain secara dua arah atau transaksional. Pengaruh transaksional adalah hubungan dua arah, atau resiprokal, hubungan dimana perilaku seorang individu mempengaruhi perilaku yang lainnya (Vasta et. al 1999). Pandangan Bronfenbrenner bahwa perkembangan dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan, yaitu mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem (Santrok 2007).


 Gambar 1. Bronfenbrenner’s Ecological Model of The Environment



Keterangan:
Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu berinteraksi langsung dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang lain. Manurut Bronfenbrenner, murid bukan penerima pengalaman secara pasif di dalam setting ini, tetapi murid adalah orang yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan membantu mengkonstruksi setting tersebut. 
Mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh adalah hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya. Misalnya, salah satu mesosistem penting adalah hubungan antara sekolah dan keluarga. Dalam sebuah studi terhadap seribu anak kelas delapan (atau setingkat kelas 3 SMP ke awal SMA (Epstein, 1983 dalam Kawaguchi 2013). Murid yang diberi kesempatan lebih banyak untuk berkomunikasi dan mengambil keputusan, entah itu di rumah atau di kelas, menunjukkan inisiatif dan nilai akademik yang lebih baik. Dalam studi mesosistem lainnya, murid SMP dan SMA berpartisipasi dalam sebuah program yang didesain untuk menghubungkan keluarga, teman, sekolah, dan orang tua (Cooper, 1995 dalam Kawaguchi 2013). Sasaran program ini (yang dilakukan oleh sebuah unversitas) adalah murid dari kalangan Latino dan Afrika-Amerika di keluarga kelas menengah kebawah. Para murid mengatakan bahwa program tersebut membantu mereka menjembatani kesenjangan antardunia sosial yang berbeda. Banyak murid dalam program ini memandang sekolah dan lingkungan mereka sebagai konteks di mana mereka diperkirakan akan gagal dalam studi, menjadi hamil dan keluar dari sekolah, atau berperilaku nakal. Program ini memberi murid harapan dan tujuan moral untuk melakukan “sesuatu yang baik bagi masyarakat anda”, seperti bekerja di komunitas dan mengajak saudara untuk bersekolah. Kita akan membahasa lebih banyak tentang hubungan keluarga sekolah nanti.
Eksosistem (exosystem) terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana murid tidak berperan aktif) memengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks mereka sendiri. Misalnya, ambil contoh dewan sekolah dan dewan pengawas taman di dalam suatu komunitas. Mereka memegangi peran kuat dalam menentukan kualitas sekolah, taman, fasilitas rekreasi, dan perpustakaan. Keputusan mereka bisa membantu atau menghambat perkembangan anak.
Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas di man amurid dan guru tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat masyarakat. Misalnya, beberapa kultur (seperti si negara Islam semacam Mesir atau Iran), menekankan pada peran gender tradisonal. Kultur lain (seperti di AS) menerima peran gender yang lebih bervariasi. Di kebanyakan negar Islam, sistem pendidikannya mempromosikan dominasi pria. Di Amerika, sekolah-sekolah semakin mendukung nilai kesetaraan antara pria dan wanita. Salah satu aspek dari status sosiekonomi murid adalah faktor perkembangan dalam kemiskinan. Kemiskinan dapat memengaruhi perkembangan anak dan merusak kemampuan mereka untuk belajar, meskipun beberapa anak di lingkungan yang miskin sangat ulet. 

Kronosistem adalah kondisi sosiihistoris dari perkembangan anak. Misalnya, murid-murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang tergolong pertama (Louv, 1990 dalam Kawaguchi 2013). anak-anak sekarang adalah generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh di lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual, dan generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas batas antara kota, pedesaan atau subkota.  Bronferbrenner makin banyak memberi perhatian kepada kronosistem sebagai sistem lingkungan yang penting. Dia memerhatikan dua problem penting: (1) banyaknya anak di Amerika yang hidup dalam kemiskinan, terutama dalam keluarga single-parent; dan (2) penurunan nilai-nilai (Bronfrenbrenner dkk. 1996 dalam Kawaguchi 2013 


 Daftar Pustaka
 
  1. Hastuti, Dwi. 2009. Pengasuhan: Toeri Dan Prinsip Serta Aplikasinya Di Indonesia. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertania Bogor. 
  
  2. Kawaguchi H. 2013. Teori Ekologi  Bronfrenbenner.  Di download dari http://kulpulan- materi.blogspot.com/2012/04/teori-ekologi-bronfenbrenner.html, pada tanggal 3 April 2013. 
 
3. Santrok JW. 2007. Perkembangan Anak. Rahmawati Mila, Kuswati Anna, penerjemah; Hardani Wibi, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:  Child Development, eleventh edition. 

4. Vasta R, Haith MM, and Miller SA. 1999. Child Psychology: the modern science, third edition. United State of America: John Wiley & Sons, Inc.