Oleh : Oktriyanto
Permasalahan pada anak seringkali timbul akibat dari
lingkungan yang salah yang mempengaruhi anak berprilaku negatif. Anak merokok,
berkata kasar, mudah marah, dan sebagainya, merupakan perbuatan yang dicotohkan
orang dewasa pada anak (modeling). Faktor lingkungan yang mempengaruhi
terbentuknya prilaku anak dapat berasal dari lingkungan terdekat sampai pada
lingkungan yang secara tidak langsung bersentuhan dengan anak, seperti tempat
bekerja orang tua, media masa, sosial budaya dan hukum yang berlaku.
Perhatian dan kasih sayang dari orang tua merupakan hal yang mendasar bagi anak. Lingkungan rumah selain sebagai tempat berlindung, sebaiknya merangkap sebagai tempat mendapatkan kebutuhan hidup, bergaul, dan tempat untuk mendapatkan rasa aman, mengaktualisasikan diri, dan sebagai wahana membesarkan anak hingga dewasa dalam perkembangan psikologinya. Selain itu peran orang tua sangat penting dalam menempatkan anak pada lingkungan yang baik sehingga menjadikan anak mempunyai prilaku yang baik dan positif. Seperti pepatah menyatakan bahwa orang baik berkumpul dengan orang baik dan berada pada lingkungan yang baik.
Untuk mengetahui penyebab permasalahan pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang di kenal dengan pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi merupakan
pendekatan untuk mempelajari perkembangan yang fokus kepada individu dengan
konteks lingkungan mereka. Pendekatan ekologi adalah dasar pada gagasan dimana dalam memahami
perkembangan secara komplit harus mempertimbangan bagaimana karakteristik unik
individu dalam interaksi anak dengan sekelilingnya (Vasta et. al 1999). Bronfenbrenner mengungkapkan
bahwa anak dan lingkungan secara terus menerus mempengaruhi satu sama lain
secara dua arah atau transaksional. Pengaruh transaksional adalah hubungan dua
arah, atau resiprokal, hubungan dimana perilaku seorang individu mempengaruhi
perilaku yang lainnya (Vasta et. al 1999). Pandangan Bronfenbrenner bahwa perkembangan dipengaruhi oleh lima sistem
lingkungan, yaitu mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan
kronosistem (Santrok 2007).
Gambar 1. Bronfenbrenner’s Ecological Model of The Environment
Keterangan:
Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu.
Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya,
sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu berinteraksi langsung
dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang lain. Manurut Bronfenbrenner,
murid bukan penerima pengalaman secara pasif di dalam setting ini, tetapi murid
adalah orang yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan
membantu mengkonstruksi setting tersebut.
Mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh adalah hubungan
antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan antara
keluarga dan teman sebaya. Misalnya, salah satu mesosistem penting adalah
hubungan antara sekolah dan keluarga. Dalam sebuah studi terhadap seribu anak
kelas delapan (atau setingkat kelas 3 SMP ke awal SMA (Epstein, 1983 dalam Kawaguchi 2013). Murid yang diberi kesempatan
lebih banyak untuk berkomunikasi dan mengambil keputusan, entah itu di rumah
atau di kelas, menunjukkan inisiatif dan nilai akademik yang lebih baik. Dalam
studi mesosistem lainnya, murid SMP dan SMA berpartisipasi dalam sebuah program
yang didesain untuk menghubungkan keluarga, teman, sekolah, dan orang tua
(Cooper, 1995 dalam Kawaguchi
2013). Sasaran program ini (yang
dilakukan oleh sebuah unversitas) adalah murid dari kalangan Latino dan
Afrika-Amerika di keluarga kelas menengah kebawah. Para murid mengatakan bahwa
program tersebut membantu mereka menjembatani kesenjangan antardunia sosial
yang berbeda. Banyak murid dalam program ini memandang sekolah dan lingkungan
mereka sebagai konteks di mana mereka diperkirakan akan gagal dalam studi,
menjadi hamil dan keluar dari sekolah, atau berperilaku nakal. Program ini
memberi murid harapan dan tujuan moral untuk melakukan “sesuatu yang baik bagi
masyarakat anda”, seperti bekerja di komunitas dan mengajak saudara untuk
bersekolah. Kita akan membahasa lebih banyak tentang hubungan keluarga sekolah
nanti.
Eksosistem (exosystem) terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana murid
tidak berperan aktif) memengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks
mereka sendiri. Misalnya, ambil contoh dewan sekolah dan dewan pengawas taman
di dalam suatu komunitas. Mereka memegangi peran kuat dalam menentukan kualitas
sekolah, taman, fasilitas rekreasi, dan perpustakaan. Keputusan mereka bisa
membantu atau menghambat perkembangan anak.
Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas
yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak.
Kultur adalah konteks terluas di man amurid dan guru tinggal, termasuk nilai
dan adat istiadat masyarakat. Misalnya, beberapa kultur (seperti si negara
Islam semacam Mesir atau Iran), menekankan pada peran gender tradisonal. Kultur
lain (seperti di AS) menerima peran gender yang lebih bervariasi. Di kebanyakan
negar Islam, sistem pendidikannya mempromosikan dominasi pria. Di Amerika,
sekolah-sekolah semakin mendukung nilai kesetaraan antara pria dan wanita.
Salah satu aspek dari status sosiekonomi murid adalah faktor perkembangan dalam
kemiskinan. Kemiskinan dapat memengaruhi perkembangan anak dan merusak
kemampuan mereka untuk belajar, meskipun beberapa anak di lingkungan yang
miskin sangat ulet.
Kronosistem adalah kondisi sosiihistoris dari perkembangan anak. Misalnya, murid-murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang tergolong pertama (Louv, 1990 dalam Kawaguchi 2013). anak-anak sekarang adalah generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh di lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual, dan generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas batas antara kota, pedesaan atau subkota. Bronferbrenner makin banyak memberi perhatian kepada kronosistem sebagai sistem lingkungan yang penting. Dia memerhatikan dua problem penting: (1) banyaknya anak di Amerika yang hidup dalam kemiskinan, terutama dalam keluarga single-parent; dan (2) penurunan nilai-nilai (Bronfrenbrenner dkk. 1996 dalam Kawaguchi 2013
Kronosistem adalah kondisi sosiihistoris dari perkembangan anak. Misalnya, murid-murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang tergolong pertama (Louv, 1990 dalam Kawaguchi 2013). anak-anak sekarang adalah generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh di lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual, dan generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas batas antara kota, pedesaan atau subkota. Bronferbrenner makin banyak memberi perhatian kepada kronosistem sebagai sistem lingkungan yang penting. Dia memerhatikan dua problem penting: (1) banyaknya anak di Amerika yang hidup dalam kemiskinan, terutama dalam keluarga single-parent; dan (2) penurunan nilai-nilai (Bronfrenbrenner dkk. 1996 dalam Kawaguchi 2013
Daftar Pustaka
1. Hastuti, Dwi. 2009. Pengasuhan: Toeri Dan
Prinsip Serta Aplikasinya Di Indonesia. Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertania Bogor.
2. Kawaguchi H. 2013. Teori Ekologi Bronfrenbenner.
Di download dari http://kulpulan-
materi.blogspot.com/2012/04/teori-ekologi-bronfenbrenner.html, pada
tanggal 3 April 2013.
3. Santrok
JW. 2007. Perkembangan Anak. Rahmawati Mila, Kuswati Anna,
penerjemah; Hardani Wibi, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Child Development, eleventh edition.
4. Vasta R,
Haith MM, and Miller SA. 1999. Child Psychology: the modern science,
third edition. United State of America: John Wiley & Sons, Inc.